Selasa, 20 Agustus 2013

budaya

Setu Babakan


Setu Babakan atau Danau Babakan terletak di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, Indonesia dekat Depok yang berfungsi sebagai pusat Perkampungan Budaya Betawi, suatu area yang diperuntukkan untuk pelestarian warisan budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi.
Situ Babakan merupakan danau buatan dengan area 30 hektar (79 akre) dengan kedalaman 1-5 meter dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung dan saat ini digunakan sebagai tempat wisata alternatif, bagi warga dan para pengunjung.
Taman disekitarnya ditanami dengan beragam pohon buah-buahan yaitu Mangga, Palem, Melinjo, Rambutan, Jambu, Pandan, Kecapi, Jamblang, Krendang, Guni, Nangka Cimpedak, Nam-nam, dan Jengkol.
Banyak kuliner khas Betawi terdapat disini, antara lain Kerak Telor, Toge Goreng, Arum Manis, Rujak Bebek, Soto Betawi, Es Potong, Es Duren, Bir Pletok, Nasi Uduk, Nasi Ulam, dll.
Wisata budaya yang disajikan antara laim rumah-rumah khas Betawi yang dibagi menjadi 3 macam, pertama rumah Betawi gudang atau kandang, kedua rumah Betawi Kebaya atau Bapang, dan yang ketiga adalah rumah Joglo, hampir serupa dengan rumah khas Yogyakarta.
Keseniannya berupa Lenong, Tari Topeng, Tanjidor, Marawis, Gambang Kromong, Tari Lenggang Nyai, dan Tari Narojeng.
Upacara Adat yang ada di perkampungan Betawi Setu Babakan adalah Penganten Sunat, Pindah Rumah, Khatam Qur'an, dan Nujuh Bulan.
Mayoritas penduduk di Setu Babakan adalah Betawi, dengan program dari pemda DKI untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada untuk mengakomodasi kebutuhan ruang terbuka hijau, serta area untuk resapan air, setu babakan berbenah diri dengan dukungan penuh dari pemda DKI
Fungsi dari Setu ini bukan hanya untuk tempat melestarikan kebudayaan betawi yang makin tergerus oleh jaman, tapi digunakan juga sebagai tempat alternatif rekreasi yang berlokasi di selatan jakarta. selain fungsi utamanya sebagai penampung air resapan untuk selatan jakarta,

Budaya




 Museum Layang-Layang


Museum Layang-Layang Indonesia memiliki berbagai koleksi dari seluruh pelosok Nusantara dan Mancanegara, termasuk layang-layang tradisional dan modern. Mulai dari layang-layang miniature yang berukuran 2 centimeter, hingga yang berukuran besar. Bahkan museum ini memiliki beberapa layang-layang berukuran raksasa terbesar di tanah air seperti “Megaray” berukuran 9 x 26 meter  yang dapat disewakan untuk kegiatan eksibisi. 
Museum Layang-layang ini bisa menjadi pilihan yang bagus untuk mengenalkan konsep sebuah museum kepada anak-anak karena koleksi laying-layang dengan berbagai bentuk dan warna pasti akan menarik perhatian mereka. Apalagi kegiatan di Museum Layang-Layang tidak hanya melihat-lihat koleksi tapi juga menonton video tentang Layang-Layang  sampai belajar membuat & melukis Layang-Layang. Kegiatan tambahan pun bisa dipilih, antara lain: membuat & melukis keramik, melukis payung, melukis kaos, melukis wayang mini dan membatik!  (Khusus untuk kegiatan membatik, peserta minimal berjumlah 10 orang). Namun untuk kegiatan-kegiatan tambahan tersebut akan dikenakan biaya tambahan,  mulai dari Rp.35.000,- sampai Rp. 50.000,-/jenis kegiatan. Hasil karya mereka pun bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan hasil kunjungan mereka ke Museum Layang-layang. 

Pemilik Museum Layang-layang ini adalah Ibu Endang Ernawati. Beliau adalah penggemar Layang-layang dan barang antik yang juga seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 dengan membentuk Merindo Kites & Gallery yang usahanya bergerak di bidang layang-layang. Berbagai festival laying-layang di dalam dan luar negeri telah diikuti Beliau serta berhasil meraih juara dalam berbagai kejuaraan lomba layang-layang. Disebabkan rasa cintanya yang sangat mendalam terhadap Layang-Layang, maka Beliau pun mendirikan Museum Layang-Layang pada tahun 2003. 
Di gerbang masuk, museum ini tampak tidak terlalu besar, namun ternyata halaman museum ini sangat luas & asri begitu kita masuk kedalamnya. Lantai halaman luar-nya pun tampak berwarna-warni karena digambari lukisan layang berbagai warna dan bentuk. Di halaman luas inilah biasanya anak-anak berlarian mencoba menerbangkan layang-layang buatan mereka sendiri.  

Siapapun yang masuk ke dalam museum , akan ditemani oleh seorang pemandu yang menjelaskan sejarah dan latar belakang cerita dari setiap koleksi layang-layang  . Ceritanya pun lucu-lucu. Ada layang-layang dari Kalimantan Selatan yang kalo terbang harus sepasang dan kedua layang-layang ini pun digantungi alat-alat musik mirip suling, sehingga ketika sepasang layangan ini diterbangkan akan mengeluarkan suara-suara musik. Ada juga layangan pengantin, yang diterbangkan ketika upacara adat pernikahan, sehingga penduduk sekitar bisa mengetahui bahwa ada acara pernikahan di desa tetangga ketika melihat pasangan layang-layang itu terbang di udara. 

Selain layang-layang dari Indonesia, ada juga layang-layang dari negara lain. Ada yang dari Jepang, Korea, China dan banyak negara lainnya. Anak-anak pun jadi tambah wawasannya bahwa tidak hanya Indonesia yang punya permainan tradisional layang-layang. Di bagian layangan mancanegara ini tampak guci-guci yang juga dipajang, ternyata gambar yang ada di guci itu mengisahkan tentang permainan layang-layang. Kita juga akan dibuat kagum dengan layang-layang yang hanya sebesar ibu jari dan ternyata walaupun berukuran mini namun tetap bisa terbang layaknya layang-layang ukuran normal.  

Puas melihat-lihat berbagai macam layangan, anak-anak akan  belajar membuat layangan dan sekaligus melukisnya. Bila cuaca sedang bersahabat & cukup berangin, anak-anak pun bisa langsung praktek menerbangkan layangan buatan mereka sendiri. 

Selain Museum Layang-layang, di kompleks museum ini juga ada lokasi pembuatan layang-layang untuk keperluan kegiatan festival yang disebut Rumah Budaya. Bila kita berkunjung saat musim festival, kita bisa lihat bagaimana proses pembuatan layang-layan berbagai bentuk & warna itu dibuat. 
Hari Senin sampai Jumat biasanya Museum ini lumayan sering dijadikan tujuan field trip sekolah-sekolah di Jakarta. Namun saat weekend atau hari libur, jumlah pengunjung ke museum ini tidak terlalu ramai sehingga suasananya pun sangat nyaman untuk duduk-duduk dan ngobrol banyak tentang layang-layang dengan sang pemandu museum. 

Tips ke Museum Layang-Layang: 
1. Di museum ini tidak tersedia kantin , pihak pengelola hanya menjual minuman ringan dan lokasi museum ini cukup jauh dari resto atau mall. Jadi kami sarankan agar anak-anak makan terlebih dahulu atau bisa juga membawa makanan & minuman ke lokasi, untuk dimakan setelah mereka beaktifitas. 

2. Anak-anak usia Playgroup dan TK mungkin belum tertarik untuk mendengarkan penjelasan dari pemandu museum, sehingga anak-anak pasti lebih heboh berlarian di museum dan mencoba menyentuh layangan yang menarik perhatian mereka. Namun sebenarnya informasi yang disampaikan sang pemandu sangat lah menarik dan menambah wawasan kita (orangtua). Maka ada baiknya layangan yang mempunyai bentuk menarik kita  abadikan lewat foto dan ketika sampai dirumah kita bisa menceritakan kembali kisah masing-masing layang-layang kepada anak-anak kita. 

3. Sebelum berkunjung, sebaiknya telepon dulu ke 021-7658075 / 021-7505112 untuk menanyakan apakah ada kunjungan rombongan atau tidak di hari yang kita kehendaki. Kalau bisa datanglah di saat tidak ada kunjungan rombongan supaya kita benar-benar bisa menikmati penjelasan dari pemandu dan suasana asri Museum Layang-Layang

Setelah pulang dari Museum Layang-Layang, anak-anak pun puas berlarian dan bereksplorasi melalui berbagai kegiatan tambahan yang dapat dipilih di museum ini. Selain dapat menambah wawasan, museum ini membuat kita semakin menghargai para seniman pembuat Layang-Layang yang menciptakan Layang-Layang dengan penuh makna dengan berbagai fungsinya. Jadi tunggu apa lagi? Yuk ajak keluarga ke Museum Layang-Layang!

Budaya

Kesenian Betawi Dipentaskan di Setu Babakan


JAKARTA, KOMPAS.com - Suku Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jakarta Selatan dan Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi menggelar Festival Setu Babakan, di Setu Babakan, Kampung Cimpedak, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (22/6/2013). Kegiatan tersebut merupakan bagian dari kegiatan HUT ke-486 DKI Jakarta, Sabtu (22/6/2013).

Acara dibuka oleh Walikota Jaksel, Syamsuddin Noor, pada pukul 09.00. Setelahnya, sejumlah kesenian dipentaskan, antara lain tari-tarian, lenong, dan gambang kromong.

Selain menikmati suasana dan kesenian Betawi,sejumlah pengunjung menikmati suasana Setu Babakan dengan berperahu mengelilingi danau seluas 2,8 hektar itu. Untuk berkeliling satu putaran pengunjung membayar Rp 5000.

Pentas seni Betawi di Setu Babakan pertama kali digelar pada 13 September 1997. Saat itu, acara diselenggarakan oleh warga, yang terbagi dalam empat rukun warga, yaitu RW 06, 07, 08, dan 09.

Pada 20 Januari 2001, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan Kampung Setu Babakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi.

"Sejak saat itu Pemprov DKI Jakarta juga menetapkan Pekan Budaya Betawi sebagai acara tahunan yang wajib dilaksanakan setiap tahun hingga sekarang," ujar Anggota Komite Kesenian dan Pemasaran Lembaga Pengelola Perkampungan Budaya Betawi, Indra Sutisna.

Sosial

Kisah Sosrokartono sembuhkan penyakit dengan segelas air putih

0
Kisah Sosrokartono sembuhkan penyakit dengan segelas air putih
Setelah melalang buana di Eropa, Raden Mas Panji Sosrokartono akhirnya pulang ke tanah air tahun 1925. Kakak kandung RA Kartini ini lalu menetap di kota Bandung.

RMP Sosrokartono sempat ditawari berbagai jabatan oleh Pemerintah Kolonial Belanda seperti jabatan Bupati, Adviseur Voor Inlandse Zaken dan Direktur pada Museum Bataviaasch Genootschaap Van Kunsten en Wetenschappen di Jakarta. Namun tawaran jabatan itu ditolak Sosrokartono. RMP Sosrokartono memilih menjadi Kepala Sekolah di Perguruan Taman Siswa, nationale Middlebare School yang baru didirikan di Bandung.

Guru-guru di sekolah Taman Siswa itu antara lain Ir Soekarno, Dr Samsi, Mr Sunario dan Mr Usman Sastroamidjoyo. Sosrokartono juga ikut aktif dalam kegiatan politik saat zaman pergerakan nasional Indonesia.

Kegiatan Sosrokartono dapat dilihat dari laporan para pejabat kolonial Belanda. Dalam laporan rahasia tahun 1962 yang dibuat Van Der Plas pejabat Adviseur Voor Inlandse Zaken tertulis kalau Drs Sosrokartono termasuk pelopor gerakan nasional Indonesia dan tidak dapat dipercaya oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Laporan 'Komisi Istimewa' yang terdiri Herwerden dan Toxopeus langsung kepada Ratu Wilhelmina berisikan kalau Sosrokartono penganjur swadesi dan sangat berbahaya bagi berlangsungnya ketentraman dan kedamaian di Hindia Belanda.

Namun pada tahun 1927, Sosrokartono terpaksa keluar dari Perguruan Taman Siswa karena tekanan Pemerintah Kolonial Belanda terhadapnya sudah tak tertahankan lagi. RMP Sosrokartono kemudian sering melakukan tapa brata, tidak mau menikmati kemewahan, bahkan dalam beberapa hari di tiap harinya beliau hanya makan dua buah cabe atau sebuah pisang. Selanjutnya ia jadi suka berpuasa tanpa berbuka dan bersahur, dan juga tidak tidur selama berhari-hari, biasanya sampai 40 hari lebih.

Pramoedya Ananta Toer dalam 'Panggil Aku Kartini Saja' terbitan Hasta Mitra, Jakarta, 1997, menceritakan kelebihan sosok kakak dari RA Kartini ini. Menurut Pram, Sosrokartono adalah seorang spiritualis.

Dalam buku tersebut, Pram mengutip kesaksian seorang dokter Belanda di CBZ (kini RS Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta) pada 1930-an. Ia menyaksikan Sosrokartono bisa menyembuhkan wanita melahirkan yang menurut para dokter tak tertolong lagi. Wanita tersebut sembuh setelah minum air putih yang diberikan Kartono.

Sosrokartono memang dikenal senang dengan laku tapa brata. Namun hingga akhir hayatnya, Sosrokartono tidak menikah.

Pada hari Jumat Pahing, tanggal 8 februari 1952 di rumah Jalan Pungkur No 19 Bandung, yang terkenal dengan sebutan Dar-Oes-Salam, Sosrokartono kembali ke Sang Pencipta dengan tenang. Presiden Soekarno memerintahkan AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) untuk mengantarkan jenazah RMP Sosrokartono dengan pesawat terbang militer ke kota Semarang. Jenazahnya kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga Sedhomukti di kota Kudus.

Sosial



Hardiknas, dosen dan karyawan UI tuntut alih status jadi PNS

Hardiknas, dosen dan karyawan UI tuntut alih status jadi PNS
Peringatan Hari Pendidikan Nasional yang dirayakan kemarin dijadikan momentum para dosen dan karyawan (pekerja) di Universitas Indonesia (UI) untuk menyuarakan hak mereka. Mereka menuntut alih status menjadi PNS.
"Kami mendesak untuk mewujudkan ketunggalan sistem kepegawaian dengan alih status sekarang juga," ujar Ketua Paguyuban Pekerja UI Andri Gunawan dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (3/5).
Tuntutan alih status ini juga yang disuarakan para dosen dan karyawan di depan gedung Rektorat UI kemarin. Aksi damai kemarin juga diikuti oleh anggota BEM UI.
Lebih lanjut, Andri mengatakan pelaksanaan otonomi kampus melalui BHMN di UI telah gagal membangun sistem kepegawaian yang adil dan manusiawi.
"Bagaimana tidak, sampai tahun 2010, sebagian besar pekerja UI (dosen dan karyawan) bekerja tanpa status hubungan kerja yang jelas," tegas Andri yang juga staf pengajar Fakultas Hukum UI ini.
Andri melanjutkan, hingga saat ini tidak seorang pun yang mengambil tanggung jawab atas praktik maladministrasi yang berlaku sejak 2010 itu. Sebagian berstatus PNS, sebagian berstatus pegawai BHMN, dan sebagian besar lainnya tanpa status.
"Kekacauan sistem kepegawaian bahkan merupakan pelanggaran hukum atas peraturan pemerintah yang menjadi landasan hukum keberadaan BHMN, sebab menurut aturan tersebut pada tahun 2010 seluruh pegawai harus sudah berstatus sebagai pegawai BHMN," cetus Andri.
Andri juga menyebutkan, selama 10 tahun praktik otonomi BHMN, universitas mengambil jalan pendanaannya melalui kenaikan biaya perkuliahan, upaya pembukaan kampus kelas jauh, sampai menjamurnya beragam perkuliahan program diploma, sarjana dan pascasarjana yang lepas dari semestanya (universum).
Selain menjual berbagai program pendidikan, Andri menyebutkan, universitas-universitas pun terjun dalam usaha membangun pusat perbelanjaan, membuka perkebunan, sewa-menyewa gedung, serta berbagai kegiatan usaha yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan tujuan pendidikan tinggi.
Terkait dengan peringatan hari pendidikan nasional, Pekerja UI dan BEM UI juga menyerukan agar dihentikannya komodifikasi dan komersialisasi pendidikan serta pengabaian hak-hak pekerja. Otonomi pengelolaan perguruan tinggi tanpa disertai adanya upaya demokratisasi kampus hanya akan melahirkan perguruan tinggi dengan kekuasaan.
"Kami berkeyakinan bahwa privatisasi pengelolaan perguruan tinggi dalam rupa BHMN telah gagal. Privatisasi itu hanya menghasilkan perguruan tinggi yang sangat jauh dari kebutuhan rakyat akan ilmu pengetahuan yang mampu secara efektif memecahkan masalah, selain bercorak elitis dan komersil," tandas Andri.

Sosial

Kisah Sosrokartono, orang Indonesia paling jenius

Kisah Sosrokartono, orang Indonesia paling jenius
Dua hari lalu, puluhan siswa SD Nahdlatul Ulama (NU) Nawa Kartika, Kudus, Jawa Tengah memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei. Peringatan tersebut diisi dengan acara ziarah ke makam Sosrokartono.

Sekitar 155 siswa kelas V SD NU Nawa Kartika didampingi guru berziarah ke makam salah satu pejuang pendidikan tersebut. Lalu siapa Sosrokartono?

Lahir di Mayong dengan nama Raden Mas Panji Sosrokartono pada hari Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M. Beliau adalah putera R.M. Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara.

Sejak kecil Sosrokartono sudah mempunyai keistimewaan, beliau cerdas dan mempunyai kemampuan membaca masa depan. Kakak dari ibu kita Raden Adjeng Kartini ini, setelah tamat dari Eropesche Lagere School di Jepara, melanjutkan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Pada tahun 1898 Sosrokartono lalu meneruskan sekolahnya ke negeri Belanda.

Sosro awalnya masuk di sekolah Teknik Tinggi di Leiden. Tetapi merasa tidak cocok, sehingga pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur. Beliau merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke negeri Belanda, yang pada urutannya disusul oleh putera-putera Indonesia lainnya. Dengan menggenggam gelar Docterandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden, Sosro akhirnya melanglang buana ke seluruh Eropa, menjelajahi pelbagai pekerjaan.

Pada tahun 1917, koran Amerika The New York Herald Tribune, di Kota Wina, ibu kota Austria, membuka lowongan kerja untuk posisi wartawan perang untuk meliput Perang Dunia I. Salah satu tes adalah menyingkat-padatkan sebuah berita dalam bahasa Perancis yang panjangnya satu kolom menjadi berita yang terdiri atas kurang lebih 30 kata, dan harus ditulis dalam 4 bahasa yaitu Inggris, Spanyol, Rusia dan Perancis sendiri. Drs Raden Mas Panji Sosrokartono, putra Bumiputra yang ikut melamar, berhasil memeras berita itu menjadi 27 kata, sedangkan para pelamar lainnya rata-rata lebih dari 30 kata. Persyaratan lainnya juga bisa dipenuhi oleh RMP Sosrokartono sehingga akhirnya ia terpilih sebagai wartawan perang surat kabar bergengsi Amerika, The New York Herald Tribune.

Supaya pekerjaannya lancar, dia juga diberi pangkat Mayor oleh Panglima Perang Amerika Serikat. RMP Sosrokartono seorang poliglot, ahli banyak bahasa. Ia menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku di tanah Nusantara. Sebelum ia menjadi wartawan the New York Herald Tribune, ia bekerja sebagai penerjemah di Wina. Di Wina ia terkenal dengan julukan si jenius dari Timur.

Dia juga bekerja sebagai wartawan beberapa surat kabar dan majalah di Eropa. Di dalam buku 'Memoir' Drs Muhammad Hatta diceritakan kalau RMP Sosrokartono mendapat gaji 1250 Dollar dari surat kabar Amerika. Dengan gaji sebesar itu ia dapat hidup mewah di Eropa.

Sosro juga kerap mengirimi buku dan buletin kepada adiknya Kartini. Buku kiriman Sosro ini lah yang kelak menjadi pencerahan bagi Kartini untuk mendobrak tradisi dan melahirkan emansipasi wanita di Nusantara.

Sebelum Perang Dunia I berakhir, pada bulan November 1918, RMP Sosrokartono terpilih oleh blok Sekutu menjadi penerjemah tunggal, karena ia satu-satunya pelamar yang memenuhi syarat-syarat mereka yaitu ahli bahasa dan budaya di Eropa dan juga bukan bangsa Eropa. Dalam 'Memoir' tulisan Drs Muhammad Hatta ditulis kalau RMP Sosrokartono juga menguasai bahasa Basque, menjadi penerjemah pasukan Sekutu kala melewati daerah suku Basque. Suku Basque adalah salah satu suku yang hidup di Spanyol. Ketika Perang Dunia I menjelang akhir, diadakan perundingan perdamaian rahasia antara pihak yang bertikai.

Pihak-pihak yang berunding naik kereta api yang kemudian berhenti di hutan Compaigne di Perancis Selatan. Di dalam kereta api, pihak yang bertikai melakukan perundingan perdamaian rahasia. Di sekitar tempat perundingan telah dijaga ketat oleh tentara dan tidak sembarangan orang apalagi wartawan boleh mendekati tempat perundingan dalam radius 1 km. Semua hasil perundingan perdamaian rahasia tidak boleh disiarkan, dikenakan embargo sampai perundingan yang resmi berlangsung.

Dalam Sejarah Dunia, Perundingan Perdamaian Perang Dunia ke I yang resmi berlangsung di kota Versailles, di Perancis. Ketika banyak wartawan yang mencium adanya 'perundingan perdamaian rahasia' masih sibuk mencari informasi, koran Amerika The New York Herald Tribune ternyata telah berhasil memuat hasil perundingan rahasia tersebut. Penulisnya 'anonim', hanya menggunakan kode pengenal 'Bintang Tiga'. Kode tersebut di kalangan wartawan Perang Dunia ke I dikenal sebagai kode dari wartawan perang RMP Sosrokartono. Konon tulisan itu menggemparkan Amerika dan juga Eropa.

Lalu bagaimana RMP Sosrokartono bisa mendapat hasil perundingan perdamaian yang amat dirahasiakan dan dijaga ketat? Apakah RMP Sosrokartono menjadi penerjemah dalam perundingan rahasia tersebut? Kalau ia menjadi penerjemah dalam perundingan rahasia itu lalu bagaimana ia menyelundupkan beritanya keluar? Seandainya ia tidak menjadi penerjemah dalam perundingan perdamaian rahasia itu, sebagai wartawan perang, bagaimana caranya ia bisa mendapat hasil perundingan perdamaian rahasia tersebut?

Sayangnya dalam buku Biografi RMP Sosrokartono tidak ada informasi mengenai hal ini. Namun tak dapat disangkal lagi, berita tulisan RMP Sosrokartono di koran New York Herald Tribune mengenai hasil perdamaian rahasia Perang Dunia I itu merupakan prestasi luar biasa Sosrokartono sebagai wartawan perang.

Tahun 1919 didirikan Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) atas prakarsa Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson. Dari tahun 1919 sampai 1921, RMP Sosrokartono, anak Bumiputra, mampu menjabat sebagai Kepala penerjemah untuk semua bahasa yang digunakan di Liga Bangsa-Bangsa. Bahkan dia berhasil mengalahkan poliglot-poliglot dari Eropa dan Amerika sehingga meraih jabatan tersebut. Liga Bangsa-Bangsa kemudian berubah nama menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Organization) pada tahun 1921.

Tahun 1919 RMP Sosrokartono juga diangkat menjadi Atase Kebudayaan di Kedutaan Besar Perancis di Belanda. Sampai suatu ketika terdengar berita tentang sakitnya seorang anak berumur lebih kurang 12 tahun. Anak itu adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras, yang tak kunjung sembuh meki sudah diobati oleh beberapa dokter.

Dengan dorongan hati yang penuh dengan cinta kasih dan hasrat yang besar untuk meringankan penderitaan orang lain, saat itu juga beliau menjenguk anak kenalannya yang sakit parah itu. Sesampainya di sana, beliau langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu dan terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai membaik dengan hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh.

Kejadian itu membuat orang-orang yang tengah hadir di sana terheran-heran, termasuk juga dokter-dokter yang telah gagal menyembuhkan penyakit anak itu. Setelah itu, ada seorang ahli Psychiatrie dan Hypnose yang menjelaskan bahwa sebenarnya Drs. R.M.P. Sosrokartono mempunyai daya pesoonalijke magneetisme yang besar sekali yang tak disadari olehnya.

Mendengar penjelasan tersebut, akhirnya beliau merenungkan dirinya dan memutuskan menghentikan pekerjaannya di Jenewa dan pergi ke Paris untuk belajar Psychometrie dan Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu. Akan tetapi, karena beliau adalah lulusan Bahasa dan Sastra, maka di sana beliau hanya diterima sebagai toehoorder saja, sebab di Perguruan Tinggi tersebut secara khusus hanya disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa lulusan medisch dokter.

Beliau kecewa, karena di sana beliau hanya dapat mengikuti mata kuliah yang sangat terbatas, tidak sesuai dengan harapan beliau. Di sela-sela hati yang digendam kecewa, datanglah ilham untuk kembali saja ke Tanah Air-nya.

RMP Sosrokartono akhirnya pulang ke tanah air tahun 1925. Ia kemudian menetap di kota Bandung.

Pendidikan

Pemprov DKI Akan Ubah RS Haji Jadi RS Pendidikan Kesehatan

Rumah sakit itu nantinya akan berada di bawah Universitas Indonesia.


Para tenaga medis memindahkan pasien jamaah haji.
 
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana mengubah Rumah Sakit Haji Pondok Gede Jakarta Timur, menjadi RS Pendidikan Tenaga Keperawatan dan Kedokteran. Rumah sakit tersebut nantinya akan berada di bawah Universitas Indonesia (UI).

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama, Selasa 13 Agustus 2013, mengatakan bahwa pihaknya sudah menjalin kesepakatan dengan Kementrian Agama perihal perubahan tersebut.

Perubahan menjadi RS Pendidikan Keperawatan itu didasari adanya permintaan tenaga perawat dan dokter yang cukup banyak, terutama dari kawasan Timur Tengah.
Selama ini, kata dia, kualitas tenaga kerja dari Indonesia masih kalah dari negara-negara lain. "Permintaan perawat ke Timur Tengah itu tinggi sekali, karena kalah kualitas, itu diisi dari orang Filipina, kan lucu," kata Ahok.

Dengan adanya RS Pendidikan Tenaga Keperawatan dan Kedokteran, diharapkan kualitas perawat di Indonesia meningkat dan dapat bersaing dengan negara lain.
"Kalau ada sekolah perawat kan jadi bagus, kami bisa kirim tenaga perawat berkualitas internasional. Makanya kami lebih cenderung RS Haji itu jadi RS Pendidikan UI," ucapnya.

Menurutnya, Pemprov akan menyiapkan bekas kantor Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), sebagai pengganti RS Haji. Nantinya RS Haji akan jadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

"Kami mau ke arah situ. Sama-sama negara kan. UI juga milik negara. Bekas kantor Jamkesda yang di Jalan Kesehatan mau kami ubah jadi RSUD," kata dia.